Pukul 19.40-21.13
trotoar mba nur dibelakang gedung UAI
Setelah puas berputar-putar dengan kekasih sepanjang siang menuju petang akhirnya saya kembali ke kampus diantar oleh sang pujaan hati. Seperti biasa trotoar ditengah jalan dibelakang gedung UAI menjadi tempat bersenda gurau teman-teman sejawat UAI, saya tidak akan menyebutkan nama mereka satu persatu karena akan menyita tempat dan pikiran saya dikarenakan jumlahnya yang lumayan banyak dan saya tidak ingat sedetail itu tentang mereka ditambah dengan pencahayaan yang minim pula, saya takut apabila saya lupa menyebutkan nama salah satu dari kami, saya berhutang psikologis dengan mereka.
Namun disini ada beberapa orang yang akan dengan lantang saya sebutkan namanya, kalau perlu beserta nama lengkap dan NIM atau no. KTP, namun sayangnya lagi-lagi saya tidak tahu menahu sedetail itu tentang mereka, yang saya tahu malam ini kami berbagi sesuatu yang amat sangat berharga dan menyenangkan yang membuat hati kami dan semoga, orang disekitar kami yang menyimaknya pun merasa lebih mantap dan tegar. Kami sebut hal itu, bahkan seluruh dunia menyebutnya dengan BLUES.
Diawali dengan pembicaraan ringan bersama mas Wisnu, Erpe, Riswan, Ibing, Bayu, dan saya sendiri ditemani sebuah gitar kopong berdawai 6 dari nilon kepunyaan tuan Ibing, kami berdiskusi panjang lebar tentang apa yang ada di kepala kami distimulasi dengan minuman murah yang membara dibungkus kantong plastik warna hitam ( tapi saya tidak menkonsumsi minuman tersebut ). Sesekali saya memainkan satu atau dua tembang yang lumayan familiar di kuping kami, dari Bob marley hingga lagu band saya sendiri "Youngdebrock", "Lumayan untuk promisi" dalam hati saya bergumam ( hihihihihi ).
Seiring memekatnya malam datang seorang kawan yang selalu menyenangkan buat saya kehadirannya, banyak sekali sebutan untuk beliau yang bertebaran di antero jagat ini, ada yang memanggilnya Jorgie, Satria, Vladimir Poti, Cepot ta u u, Potzz, namun yang paling simple dan tepat adalah Cepot. Dia adalah tandem saya dalam seksi menimang gitar di Youngdebrock. Lalu kamipun berdiskusi banyak tentang persiapan Youngdebrock menjelang Jakarta International Blues Festival yang akan diselenggarakan di senayan tanggal 7 November ini, banyak hal yang mebuat hati kami redup sekaligus bersemangat dalam menghadapinya. Kemudian disela-sela sesi ini teman-teman yang saya sebutkan diatas kecuali Cepot mendadak harus menyingkir sejenak dari titik ini karena suatu hal. tersisalah dua makhluk laknat ini, saya dan Cepot. Dengan lantang kami pun menyanyikan tembang-tembang YDB tanpa malu-malu walaupun traffic saat itu sedang ramai-ramainya. Kami berteriak dan bernyanyi, dan disetiap ending lagunya kami pun tersenyum puas dan membudayakan toss dengan sendirinya tanpa disuruh karena kami merasakan gelora yang telah lama terpendam, maklum 4 bulan telah berlalu setelah terakhir kami berlatih bersama-sama disalah satu studio di Ciputat.
Tidak lama teman-teman yang lainpun kembali bergabung dan saya pun mendiskusikan tentang masa depan dengan mas Wisnu, disela-sela diskusi kami Cepot memainkan "get up stand up" nya Bob marley, spontan saya ikut bernyanyi dan membagi fokus antara berdiskusi dengan bernyanyi saat itu ( mohon maaf mas Wisnu, hihihi ). lalu disambung dengan tembang-tembang YDB dan impruvisasi Blues 12 bar dengan berdendang asal-asalan khas blues yang cenderung bercerita bukan bernyanyi. Tiba-tiba Riswan datang dengan seorang teman wanita bernama Eep ingin meminta bantuan untuk menggambar suatu ilustrasi untuk keperluan Orientasi mahasiswa, dengan ditemani diskusi-diskusi yang menyenangkan dan lantunan gitar Cepot saya pun mulai menggambar. setelah selesai menggambar, satu persatu dari kami pun beranjak menuju kediaman masing-masing sehingga tinggal saya, Cepot, dan Ibing yang tersisa. Dengan sisa nafas terakhir secara otomatis kami pun mulai berdendang ria ala blues pinggiran, diawali tembang-tembang YDB (lagi), seperti "all school reunion", " kawalan ", " mystic life " " waking up blues " kami bermetafora menjadi suara-suara yang secara harmonisasi berantakan namun ada satu hal yang saya rasakan disana, yaitu kebebasan.
Diteruskan dengan tembang-tembang yang cukup populer seperti "3 libras-perfect circle", "wish you were here-incubus". Suasana pun memanas, dan kami menghantam jiwa kami dengan lantunan-lantunan galau khas blues, lagi dan lagi kami berimpruvisasi yang saling bersahutan dan secara tidak sadar suara kami pecah menjadi suara 1,2 dan 3, wuaawwww luar biasa menurut saya, 3 orang yang tidak pernah berlatih bersama tiba-tiba membentuk suatu sinergi yang memekakkan hati. Namun disitu saya menyadari betapa galaunya hati kami bertiga malam ini, namun hal itu tebayar dengan semua harmonisasi nada pentatonic dan sketch-sketch yang kami keluarkan, dan itulah blues. Setelah cukup lama bernyanyi, saya menyadari bahwa suasana semakin malam dengan bertambah sepinya orang-orang yang ada di sekeliling kami, lalu saya pun memutuskan untuk menyegerakan diri tiba dirumah, namun sebelum saya bergegas untuk pulang, Cepot mengajak saya untuk menutup sesi ini dengan lagu "got this thing on the move-grandfunk" yang walaupun gagal namun menyenangkan. Lalu saya pun berpamitan dengan teman-teman. Sepanjang perjalanan pulang senyum saya menyeringai puas, dan satu hal yang saya sadar malam ini kami bertiga telah berbagi perasaan dengan medium yang unik dan magis, walaupun hanya bermodalkan teriakan dan desahan pentatonic namun kebebasan itu terasa. Malam yang luar biasa dan saya harap akan ada malam-malam yang menggelora seperi malam ini di malam-malam selanjutnya. HAIL THE BLUES!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar